navigating-nclusivity-and-tokenism-in-serial-and-just-like-that-jurnoid

Keberagaman dalam And Just Like That: Antara Inklusivitas dan Tokenisme

Flashback ke Sex and The City
Dalam dunia hiburan, representasi yang akurat dan inklusif menjadi semakin penting. Namun, sejauh mana keberagaman dapat dihadirkan tanpa jatuh ke dalam jebakan tokenisme? Serial terbaru yang menjadi pembicaraan hangat, “And Just Like That”, telah memicu perdebatan seputar inklusivitas dan representasi yang autentik.

Untuk memahami kompleksitas keberagaman dalam “And Just Like That”, kita perlu kembali ke akar inspirasinya, yaitu “Sex and the City” (SATC). Serial ini, yang melejit pada akhir 90-an dan awal 2000-an, mengisahkan kehidupan empat wanita lajang di New York City. Namun, meskipun dianggap pionir dalam mengangkat isu seksualitas dan percintaan, SATC sering dikritik sebagai contoh white feminism karena fokus pada karakter perempuan kulit putih, kurus, cantik, dan kaya.

Keberagaman dalam And Just Like That
Di tengah sorotan publik, “And Just Like That” mencoba mengeksplorasi tema keberagaman dengan lebih jelas. Carrie, Charlotte, dan Miranda, karakter utama dari serial ini, kini dikelilingi oleh teman-teman baru yang queer dan berkulit berwarna. Namun, apakah upaya untuk memasukkan keberagaman ini berhasil menghindari jebakan stereotip dan tokenisme?

### Carrie Bradshaw dan Seema Patel
Carrie Bradshaw, ikon mode dari SATC, mendapati dirinya berteman dengan Seema Patel, seorang agen real estate keturunan India yang sukses. Seema digambarkan sebagai wanita kaya dengan gaya hidup mewah, namun juga harus menghadapi tekanan sosial karena belum menikah di usia 50-an. Apakah karakter Seema hanya sebuah stereotip atau memiliki kedalaman yang sebenarnya?

### Charlotte York dan Lisa
Charlotte York, yang selalu menjadi sosok yang perfeksionis, memiliki seorang teman kulit hitam yang merupakan seorang influencer kaya. Namun, bagaimana dinamika hubungan antara Charlotte dan Lisa, dan apakah interaksi mereka mengangkat isu-isu sosial dengan bijaksana?

### Miranda Hobbes dan Che Diaz
Karakter Miranda Hobbes, yang dikenal sebagai seorang pengacara yang cerdas, mengalami perubahan seksual dan terlibat dalam hubungan dengan seorang stand-up comedian bernama Che Diaz. Bagaimana perubahan ini memengaruhi karakter Miranda yang telah menjadi ikon dalam cerita SATC?

Tokenisme dalam And Just Like That
Namun, meskipun upaya untuk menghadirkan keberagaman, “And Just Like That” masih terperangkap dalam jebakan tokenisme. Karakter-karakter queer dan berkulit berwarna seringkali hanya muncul sebagai pelengkap atau aksesori untuk karakter utama kulit putih, tanpa kedalaman karakter yang memadai.

Representasi yang Lebih Baik
Dalam perjalanan serial ini, penting untuk terus mengevaluasi bagaimana keberagaman disajikan. Representasi yang baik bukanlah sekadar pencitraan, tetapi juga penghormatan terhadap berbagai latar belakang budaya, gender, dan orientasi seksual. Bagaimana “And Just Like That” akan menavigasi kompleksitas keberagaman ini ke depannya?