mendorong-respons-asean-yang-lebih-kuat-terhadap-ancaman-regional

Hidup ASEAN: Menjaga Perdamaian dan Kredibilitas di Tengah Gejolak Global

Menteri Luar Negeri Sugiono menyatakan bahwa kredibilitas ASEAN bergantung pada kemampuannya untuk menjaga perdamaian regional di tengah ketegangan geopolitik dan fragmentasi ekonomi global. Pernyataan ini disampaikannya dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM), yang diadakan sebelum KTT ASEAN ke-46 di Kuala Lumpur Convention Center pada hari Minggu, 25 Mei 2025.

Selama pertemuan, Sugiono menekankan pentingnya memperbarui komitmen ASEAN terhadap Traktat Persahabatan dan Kerjasama (TAC), yang bertindak sebagai “kerangka dasar untuk arsitektur perdamaian di wilayah tersebut.” Sugiono mendesak ASEAN untuk mengambil langkah-langkah substansial, bukan hanya prosedural, menjelang ulang tahun ke-50 TAC tahun depan.

Mengenai hubungan ASEAN dengan mitra eksternalnya, Sugiono juga menekankan pentingnya menjaga relevansi dan sentralitas ASEAN di tengah berbagai inisiatif kemitraan eksternal. Oleh karena itu, Indonesia mendorong adopsi Keputusan ASEAN tentang Peningkatan Hubungan dengan Mitra Eksternal, yang akan menjadi panduan dalam memperkuat keterlibatan eksternal ASEAN. “ASEAN membutuhkan kemitraan yang terfokus dan harus tetap sejalan dengan koridor yang dipimpin oleh ASEAN,” tambahnya.

Tentang masalah keanggotaan penuh Timor-Leste, ia mengulangi dukungan penuh Indonesia untuk adopsi panduan aksesi instrumen hukum ASEAN untuk Timor-Leste. “Timor-Leste telah membuat kemajuan yang signifikan. Proses ini harus praktis, mendukung, dan mempercepat integrasi, bukan menghambatnya,” katanya. Ia juga menyerukan solidaritas dan bantuan teknis berkelanjutan dari semua negara anggota ASEAN untuk mendukung perjalanan Timor-Leste menuju menjadi anggota ke-11 ASEAN.

Sementara itu, ia menekankan bahwa krisis di Myanmar telah menimbulkan ancaman serius terhadap stabilitas regional. Oleh karena itu, ia mendorong tindakan untuk menghentikan kekerasan dan menciptakan kondisi untuk dialog inklusif. “Biaya dari tidak melakukan apa-apa terlalu tinggi. Kita harus bersatu untuk membantu Myanmar dalam menciptakan perdamaian, yang dipimpin dan dimiliki oleh Myanmar,” tandasnya.